Renungan kita hari ini terambil dari Injil Yohanes 1331-38. Tema renungan kita hari ini adalah komunitas murid Yesus. Tujuan dari tenungan kita hari ini adalah untuk mengetahui bahwa komunitas murid Yesus sangat penting dalam proses pertumbuhan iman dan kematangan rohani kita. Kiranya melalui renungan kita hari ini membuat kita semakin termotivasi untuk terus bertumbuh dalam iman kepada Yesus Kristus.
Ini adalah jaman edan di mana orang-orang tidak malu lagi memamerkan perbuatan-perbuatan yang berdosa dan asusila dalam komunitas-komunitasnya dan mengemasnya dengan istilah-istilah 'modern'. Ada komunitas kaum gay/homo, komunitas pekerja seks dan sebagainya.
Dalam dunia seperti inilah Tuhan Yesus membangkitkan komunitas baru, yang kudus dan mampu menerangi dunia yang gelap ini. Setiap hari Ia menyeleksi para pengikut-Nya untuk menjadi murid-murid yang mampu menumbuhkan komunitas baru yang menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah.
Komunitas baru ini harus mengerjakan satu perintah yang baru pula yaitu: "...supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi" - Yohanes 13:34. Komunitas baru murid-murid Kristus adalah komunitas kasih di mana kasih bukan hanya dibicarakan tetapi dipraktekkan, bukan sekedar teori tetapi menjadi kehidupan yang nyata. Perintah saling mengasihi tersebut baru, bukan berarti mengasihi itu sesuatu yang baru bahkan hampir semua agama memiliki perintah ini, tetapi perintah ini baru karena ada ukuran baru yang dipakai, yaitu "saling mengasihi sama seperti Aku". Tuhan Yesus ingin murid-murid-Nya membangun komunitas kasih yang sesuai dengan kasih-Nya.
Bahasa Yunani mengenal kata eros, philio, storge dan agape. Dalam eros seseorang mengasihi karena ada ketertarikan secara fisik/seksual. Dalam philio seseorang mengasihi karena ada kecocokan sebagai sahabat. Dalam storge seseorang mengasihi karena ada hubungan darah. Tetapi dalam agape seseorang mengasihi orang lain karena melihat mereka sebagai manusia berharga yang dikasihi Tuhan.
Tuhan Yesus mengasihi kita bukan karena kita sempurna, tetapi karena kita berharga di mata-Nya. Ia tidak rela kita hancur oleh dosa-dosa. Ia ingin kita sampai kepada tujuan penciptaan dan hidup penuh damai sejahtera dengan memberikan diri-Nya menjadi korban penebusan. Bisakah kita mengasihi saudara seiman seperti itu? Mengasihi bukan karena pamrih dan motivasi yang egois, tetapi karena ingin membahagiakan orang lain.
Ini adalah jaman edan di mana orang-orang tidak malu lagi memamerkan perbuatan-perbuatan yang berdosa dan asusila dalam komunitas-komunitasnya dan mengemasnya dengan istilah-istilah 'modern'. Ada komunitas kaum gay/homo, komunitas pekerja seks dan sebagainya.
Dalam dunia seperti inilah Tuhan Yesus membangkitkan komunitas baru, yang kudus dan mampu menerangi dunia yang gelap ini. Setiap hari Ia menyeleksi para pengikut-Nya untuk menjadi murid-murid yang mampu menumbuhkan komunitas baru yang menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah.
Komunitas baru ini harus mengerjakan satu perintah yang baru pula yaitu: "...supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi" - Yohanes 13:34. Komunitas baru murid-murid Kristus adalah komunitas kasih di mana kasih bukan hanya dibicarakan tetapi dipraktekkan, bukan sekedar teori tetapi menjadi kehidupan yang nyata. Perintah saling mengasihi tersebut baru, bukan berarti mengasihi itu sesuatu yang baru bahkan hampir semua agama memiliki perintah ini, tetapi perintah ini baru karena ada ukuran baru yang dipakai, yaitu "saling mengasihi sama seperti Aku". Tuhan Yesus ingin murid-murid-Nya membangun komunitas kasih yang sesuai dengan kasih-Nya.
Bahasa Yunani mengenal kata eros, philio, storge dan agape. Dalam eros seseorang mengasihi karena ada ketertarikan secara fisik/seksual. Dalam philio seseorang mengasihi karena ada kecocokan sebagai sahabat. Dalam storge seseorang mengasihi karena ada hubungan darah. Tetapi dalam agape seseorang mengasihi orang lain karena melihat mereka sebagai manusia berharga yang dikasihi Tuhan.
Tuhan Yesus mengasihi kita bukan karena kita sempurna, tetapi karena kita berharga di mata-Nya. Ia tidak rela kita hancur oleh dosa-dosa. Ia ingin kita sampai kepada tujuan penciptaan dan hidup penuh damai sejahtera dengan memberikan diri-Nya menjadi korban penebusan. Bisakah kita mengasihi saudara seiman seperti itu? Mengasihi bukan karena pamrih dan motivasi yang egois, tetapi karena ingin membahagiakan orang lain.
0 comments :
Post a Comment