Friday, February 27, 2015

Renungan kita hari ini terambil dari kitab Amsal 13:18; 15:5; 29:15. Tema renungan kita hari ini ialah hidup sebagai orang berhikmat. Tujuan dari renungan kita hari ini ialah supaya dalam menjalani kehidup ini, kita selalu menggunakan hikmat yang Tuhan berikan berikan kepada kita. Sehingga apa saja yang kita lakukan dibuat Tuhan berhasil. Penulis Amsal menulis demikian: "Kemiskinan dan cemooh menimpa orang yang mengabaikan didikan, tetapi siapa mengindahkan teguran, ia dihormati" - Amsal 13:18.

Nats firman Tuhan di atas mengkontradiksikan antara orang bodoh yang menerima segala akibat buruknya dengan orang bijak yang menerima teguran bahkan tongkat yang mendatangkan hikmat sehingga ia dapat bertindak bijaksana dan dihormati. Orang bodoh menurut Amsal bukanlah orang yang tidak memiliki pengetahuan tetapi bodoh di sini yakni orang yang tidak mau menerima teguran bahkan menolak didikan.

Orang bijak akan menggunakan kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan menjadi pelajaran. Sehingga hal-hal tersebut tidak akan menerima kembali. Tetapi orang bodoh akan mengulanginya lagi karena dia tidak mau menerima teguran dan nasehat sehingga tidak dapat membedakan apakah perbuatannya baik atau buruk.

Tema renungan kita hari ini hiduplah sebagai orang berhikmat, maka hendaklah setiap orang dapat memberikan pengaruh yang baik dan benar. Karena hal itu dapat mendidik orang-orang di sekitarnya, khususnya orang-orang yang berkecimpung dalam bidang pendidikan. Jika kita ingin melihat dan menyaksikan anak-anak kita di rumah dan siswa/i di sekolah memiliki pribadi dan karakter yang terpuji, hendaklah kita memberikan dukungan, pujian, rasa aman, kasih sayang, serta perlakuan baik dengan ketulusan supaya kita menuai anak-anak didik yang memeiliki kepercayaan diri, belajar menghargai sesamanya, dapat mengendalikan diri, bahkan dapat bertindak adil. Dengan melakukan hal itu, kita telah mengajarkan hikmat supaya mereka dapat bertumbuh menjadi orang-orang dewasa yang bertanggung jawab.

Ungkapan yang sering kita dengar 'long life education' menganjurkan kita untuk senantiasa belajar. Tidak ada istilah 'tamat' untuk belajar karena banyak pengetahuan yang belum kita ketahui. Demikian juga dengan hikmat, kita harus terus mempelajari perkataan Tuhan supaya kita berlaku secara bijak dalam hidup ini.

Kita meletakkan semua pengetahuan dan pengalaman kehidupan kita di bawah firman Tuhan agar ia memimpin kita untuk menjalani hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Kehidupan akan berjalan terus dan tantangan demi tantangan akan menghambat perjalanan kita tetapi jika kita meminta pertolongan dan hikmat dari pada Tuhan, maka sama seperti Ia menyertai orang-orang pilihan-Nya, Ia juga akan menyertai kita. 
Renungan kita hari ini terambil dari Amsal 2:6. Tema renungan kita hari ini ialah hikmat berasal dari Tuhan. Tujuan dari renungan kita hari ini ialah supaya kita menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa hikmat itu berasal dari Tuhan. Penulis Amsal menulis demikian: "Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian" - Amsal 2:6.

Alkitab memberikan penjelasan tentang hikmat setelah peristiwa Salomo memintanya supaya dapat memimpin bangsa Israel yang besar - 1 Raja-Raja 4:29. Ia menuliskan hikmat-hikmat tersebut kemudian dikumpulkan dalam satu kitab, yakni kitab Amsal. Sebagai calon seorang raja, tentu Salomo sudah dibekali dengan segala macam pengetahuan yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai raja.

Namun, ia melihat betapa pentingnya memiliki hikmat dari Allah supaya dapat melakukan tugas dan tanggung jawabnya itu. Hikmat itu memampukan dia bertindak bijaksana dalam menghadapi setiap permasalahan kehidupan dan pemerintahannya.

Tuhan memilih dan mengutus Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir menuju tanah Kanaan. Musa menolak perintah Allah karena ia merasa tidak mampu baik secara fisik karena ia tidak fasih berkata-kata dan juga secara mental karena ia tidak percaya diri. Ia ragu-ragu dan khawatir umat Israel tidak mau mendengarkan seruannya. 

Memang secara manusia atau hikmat dunia tidak ada seorang pun yang dapat melakukan hal itu jika bukan penyertaan Tuhan. Tuhan memberikan hikmat kepada Musa, sehingga dapat memimpin bangsa itu keluar dari Mesir. Banyak tantangan dan pergumulan yang mereka hadapi tetapi Tuhan senantiasa memperlengkapi Musa dengan hikmat-Nya sehingga mampu memimpin bangsa itu.

Tuhan memperlengkapi Paulus dengan hikmat sehingga ia dapat menghadapi masalah dan tantangan dalam pelayanannya. Setelah pertobatannya, Paulus tidak pernah berdiam diri tetapi ia terus menerus memberitakan Injil ke seluruh daerah yang dapat dijangkaunya. Belas kasih terhadap orang-orang berdosa mendorong dia untuk terus bekerja dan melakukan perjalanan pengabaran Injil lebih dari rasul-rasul yang lain. Hikmat dari Allah telah memampukan tokoh-tokoh Alkitab untuk melakukan amanat Allah.

Belakangan ini kita menemukan begitu banyak orang menggemari motivator-motivator bahkan seolah-olah pengajaran dan hikmat mereka lebih daripada firman Allah. Memang tidak salah jika kita mendengarkan perkataan dan pernyataan mereka yang memotivasi tetapi jangan lupa bahwa sumber hikmat adalah Allah sendiri. Marilah kita minta hikmat Allah agar kita dapat menjalani hidup dengan bijaksana.
Renungan kita hari ini terambil dari kitab Amsal 1:7; 15:33. Tema renungan kita hari ini ialah hidup sebagai orang berhikmat. Tujuan renungan kita hari ini ialah supaya kita menjadi orang yang bijaksana dalam menjalani hidup ini. "Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan" - Amsal 1:7. Selanjutnya dikatakan bahwa: "Takut akan TUHAN adalah didikan yang mendatangkan hikmat, dan kerendahan hati mendahulukan kehormatan" - Amsal 15:33.

Sebagai seorang yang terkenal dengan hikmatnya, Salomo menyadari betul bahwa hikmat yang dia peroleh berasal dari Tuhan. Ketika ia memulai tugas dan tanggung jawabnya sebagai raja Israel, ia merasa penting untuk memiliki hikmat supaya dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang berat itu.

Ia meminta agar Tuhan memberikan permintaannya itu. Tuhan senang mendengarkan permintaan Salomo karena ia tidak meminta supaya Tuhan memperluas kerajaannya atau hal-hal duniawi yang biasanya diinginkan oleh setiap raja yang berkuasa. Tuhan memberikan hikmat kepadanya lebih dari orang-orang sebelum bahkan sesudah dia. Anugerah dan kepercayaan yang Tuhan berikan akan membawa  seseorang untuk bersikap hormat kepada Tuhan. Perasaan takut tersebut bukan karena jiwanya terancam bahaya tetapi sebaliknya semata-mata karena kesadaran akan kasih Allah sehingga memutuskan untuk tidak mengecewakan Tuhan.

Manusia tidak dapat mencari hikmat karena hikmat itu berasal dari Tuhan. Agar manusia mendapatkan hikmat dari Tuhan, maka ia harus takut dan hormat kepada Tuhan. Awal hikmat adalah takut akan Tuhan, oleh karena itu orang yang tidak takut akan Tuhan tidak akan memiliki hikmat yang berasal dari Tuhan. Takut akan Tuhan berarti kita harus menjaga hidup supaya berkenan kepada-Nya.

Hikmat orang-orang seperti itu akan tampak dari perilaku dan seluruh aspek kehidupannya. Orang yang tidak memiliki hikmat berarti dia tidak dapat menguasai diri sepenuhnya. Dalam menjalani kehidupan ini, kita sangat memerlukan hikmat dari Tuhan supaya kita dapat menghadapi setiap tantangan dan rintangan yang ada.

Lebih dari itu, pengenalan kita terhadap Tuhan hendaknya terus terwujud melalui setiap kehidupan kita, sehingga hidup kita menjadi berkat bagi sesama. Hendaklah tiap-tiap orang meminta hikmat dari Tuhan supaya ia dapat menjalani hidup dengan penuh bijaksana. 
Renungan kita hari ini terambil dari kitab Amsal 1:2-3. Tema renungan kita hari ini ialah tujuan hikmat. Hikmat sangat kita perlukan dalam hidup setiap hari. Hikmat berkaitan dengan keputusan yang akan kita ambil setiap hari. Hikmat juga berkaitan dengan sikap hati yang patut kita jalani setiap hari. Melalui renungan kita hari ini diharapkan supaya kita mendapatkan pemahaman tentang tujuan hikmat dalam hidup kita.

Pada kesempatan ini, renungan kita hari ini akan memberikan pencerahan tentang tujuan hikmat yang terdapat dalam kitab Amsal. Sebagai pembuka dari renungan kita hari ini, kita melihat terlebih dahulu tentang kitab Amsal.

Kitab Amsal dari judul Ibraninya ialah "misyle syelomoh' artinya kumpulan amsal-amsal Salomo. Kitab Amsal adalah kitab panduan bagi hidup yang berhasil. Penulis Amsal dengan gamblang menjelaskan peranan dan fungsi hikmat sebagai pedoman untuk hidup bijaksana. Penulis mengkontradiksikan antara hidup dalam hikmat sehingga memperoleh keberhasilan dengan hidup dalam kebodohan akhirnya menuai kebinasaan.

Hikmat adalah kemampuan manusia di dalam mementukan mana yang baik dan jahat dan dengan hikmat itu pula manusia dapat mengatur diri atau menguasai diri di dalam segala aspek kehidupannya. Hikmat merupakan karunia yang diberikan Allah kepada setiap manusia. Allah memberikan pikiran dan akal budi kepada manusia dan di dalamnya terdapat hikmat Allah. Manusia diwajibkan untuk menggunakan hikmat yang diberikan Allah itu supaya tidak salah dalam mengambil keputusan.

Tujuan hikmat adalah penguasaan diri dalam segala hal dan sebagai wujud nyata dari disiplin rohani seseorang. Hikmat juga bertujuan untuk menyatakan kuasa dan kasih Allah serta dengan hikmat itu pula menyadarkan manusia untuk mendapatkan pengertian dalam membedakan mana yang baik dan jahat. Rev. Stephen Tong mengatakan: "Seseorang yang berhikmat atau bijaksana akan tahu bagaimana menggunakan waktu dengan baik untuk memuliakan Tuhan dan seseorang yang mengenal Tuhan adalah seseorang yang mengetahui bahwa kesementaraannya harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Allah yang kekal. Bijaksana adalah bertindak sesuai dengan pikiran, akal sehat sehingga menghasilkan perilaku yang tepat dan dengan akal sehat itu dapat membedakan mana yang baik dan mana yang jahat".

Hikmat seseorang nampak dari seluruh aspek kehidupannya. Seseorang dinyatakan berhikmat bukan atas pengakuan diri sendiri tetapi pengakuan yang berasal dari lingkungan sekitar, yakni orang-orang yang memiliki hubungan dengan orang tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang dapat mengklaim dan memproklamirkan dirinya sendiri bijak. Bodohlah orang-orang yang menyatakan dirinya demikian.